Article Detail

Dari Gedung Joang 45 ke Es Krim Tjan Njan : Napak Tilas Kemerdekaan

"Gedung Joang 45 Menteng 31," demikian tertera dengan gagah pada fasad gedung yang tampak megah dengan tiang-tiang besar model Yunani ini.  Warna gedung yang dicat kuning muda membuat hati merasa tenteram sementara hiasan merah putih di depannya membuat hati menjadi bersemangat.

Di sini sudah berkumpul banya teman-teman Koteka Kompasiana yang akan mengikuti acara Napak Tilas Kemerdekaan bersama Koteka dan Wisata Kreatif Jakarta. Sebagian besar memakai kostum warna merah sesuai anjuran.

Tidak lama kemudian, Ira Latief muncul dan menyapa kami semua dengan ramah. Acara siang itu dimulai dengan saling memperkenalkan diri masing-masing dan dilanjut dengan sejenak menikmati makanan kecil yang sudah disediakan panitia. Lumayan buat mengganjal perut dan pengganti makan siang.

Tur di Gedung Joang 45 dimulai di beranda dengan mengenalkan 12 foto dan nama-nama Pahlawan Nasional Perempuan.  Menurut Ira Latief, sebenarnya ada 13 perempuan yang telah diangkat menjadi pahlawan Nasional, namun yang terakhir yaitu Laksamana Malahayati belum dimasukkan ke deretan foto ini.

Sejenak juga dijelaskan mengenai sekilas sejarah gedung yang pernah digunakan sebagai hotel paling mewah di Batavia yaitu, hotel Schomper. Sementara di dinding juga ada sebuah prasasti yang menceritakan lintasan sejarah Gedung Joang ini hingga akhirnya dijadikan museum oleh Gubernur DKI, Ali Sadikin dan selesai dipugar pada 17 Agustus 1974 seperti tampak pada prasasti lainnya.  

Ketika Jepang masuk gedung ini dikuasai oleh Sendenbu (Barisan Propaganda Jepang) dan baru pada Juli 1942 diserahkan kepada pemuda Indonesia seperti Adam Malik, Sukarni, Chaerul Saleh dan A.M Hanafi dan kemudian dijadikan asrama Angkatan Baru Indonesia. Dan gedung ini terus berubah fungsi sesuai dengan jalannya sejarah.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment