Article Detail
Kritikus Pemerintah itu Mati Muda
Pada judul tulisan, disebutkan Soe Hok Gie "mati muda" karena pria kelahiran 17 Desember 1942 ini telah wafat di puncak gunung Semeru dalam usia 27 tahun kurang sehari (16 Desember 1969).
Meski dilahirkan sebagai warga negara Indonesia keturunan Tionghoa, Gie sangat aktif berjuang untuk negeri ini. Itulah sebabnya Miles Films mengadaptasi kisah hidupnya untuk diangkat ke layar lebar. Skenario cerita ditulis oleh Riri Riza, yang sekaligus menjadi sutradara film ini. Gie sendiri diperankan oleh si tampan Nicholas Saputra.
Gie adalah seorang aktivis di kampusnya Universitas Indonesia. Ia juga seorang pecinta alam, maka ia tercatat sebagai pendiri Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UI. Dan nasib mengakhiri hidupnya secara tragis dipelukan alam pada ketinggian gunung Semeru.
Selain ber demo, Gie juga sering melontarkan kritik kepada Pemerintah melalui tulisan-tulisannya di media. Akibatnya is sering mendapatkan ancaman dari banyak pihak. Gie secara konsisten terus menerus memberikan kritik pada kebijakan Presiden Soekarno (Order Lama) yang dianggapnya kurang berpihak pada rakyat. Gie juga berlanjut mengkritik Pemerintah yang baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto (Order Baru).
Film "Gie" mengangkat kisah hidup sang aktivis kampus. Meski Gie kuliah pada Fakultas Sastra, namun Gie banyak menghabiskan waktunya untuk mengkritisi Pemerintah. Sebagai cendekiawan muda, Gie memiliki prinsip yang teguh sebagai mahasiswa idealis. Gie sangat mudah tersentuh oleh penderitaan rakyat, yang disebabkan oleh ketidak adilan.
Meski Gie termasuk Soekarnois, namun Gie juga tidak segan mengkritisi jalannya Pemerintahan Presiden Soekarno. Ktitiknya fokus pada konflik antara militer dengan Partai Komunis Indonesia, yang puncaknya terjadi pada 30 September 1965.
Pada film ini digambarkan dengan sangat jelas rasa kecintaan Gie pada negeri ini, meski Gie bukanlah warga negara Indonesia asli. Sebagai seorang warga negara keturunan, Gie sangat besar rasa kecintaannya pada negeri ini, sehingga Gie tidak segan meninggalkan zona nyaman dengan selalu membela rakyat yang tertindas. Berbeda dengan sebagian besar warga negara keturunan Tionghoa lainnnya yang lebih memilih mencari cuan (fokus pada masalah ekonomi).
Film ini sangat menggugah semangat kecintaan kita terhadap negeri ini. Siapapun dia, warga negara Indonesia asli maupun keturunan harus selalu mencintai negeri ini. Karena hanya warga negara yang mencintai negerinya yang dapat melepaskan negeri ini dari jeratan korupsi sehingga pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat, agar keadilan sosial terwujud pada seluruh rakyat Indonesia.
Film "Gie" meraih sukses besar pada Festival Film Indonesia 2005 dengan berhasil menyabet 11 penghargaan, salah satunya sebagai Film Bioskop Terbaik.
-
there are no comments yet