Article Detail

Manusia Setengah Dewa Zhuge Liang

Di akhir masa dinasti Han, kerajaan Han saat itu dipimpin oleh seorang raja muda bernama Liu Xian yang naik tahta di usia 9 tahun. Di usia semuda itu, raja Han belum dapat mengambil keputusan apapun, sehingga Liu Xian secara terpaksa memerlukan seorang wali raja, yaitu Cao Cao yang pada saat itu merupakan jendral perang yang sangat dikagumi, karena Cao Cao berhasil menentramkan gejolak yang terjadi di masyarakat. Cao Cao adalah seorang yang pandai dalam berperang, serta ambisius untuk berkuasa, sehingga ia menjadikan kaisar Liu Xian sebagai kaisar boneka. Seluruh keputusan diambil oleh Cao Cao dengan mengatasnamakan nama kaisar.

Di sisi lain, ada seseorang bernama Liu Bei yang merupakan paman kaisar Liu Xian, sedang berupaya untuk menghimpun kekuatan dengan tujuan membangkitkan kembali dinasti Han. Dalam upayanya, Liu Bei dibantu oleh saudara angkatnya bernama Guan Yu dan Zhang Fei yang sangat ahli dalam ilmu bela diri. Namun, mereka menyadari perlunya seseorang yang ahli dalam menyusun strategi militer. Saat itu, Liu Bei mendengar kabar mengenai seseorang yang sangat cerdas bernama Zhuge Liang dengan julukan Naga Tertidur, sehingga ia pun pergi mencari orang itu. Ketika telah berhasil menemukan lokasi kediaman Zhuge Liang. Zhuge Liang berusaha menolak permintaan Liu Bei, karena trauma masa kecil, di mana Zhuge Liang menyaksikan ayah dan ibunya tewas ketika pasukan Cao Cao membantai seluruh kota Xu Zhou sebagai bentuk kemarahan Cao Cao ketika mendapati seluruh keluarganya terbunuh oleh para tentara kota Xu Zhou yang ditugaskan untuk mengawal keluarga Cao Cao. Hal ini membuat Zhuge Liang memilih untuk menenangkan diri di desa terpencil sebagai petani dan menjauhi hal-hal yang berkaitan dengan kekacauan dan peperangan yang sedang terjadi.

Singkat cerita dalam tiga kunjungan Liu Bei ke kediaman Zhuge Liang, Zhuge Liang tidak ingin bertemu dengannya. Tetapi Liu Bei tidak menyerah dan tetap bertekad untuk menemui Zhuge Liang. Tersentuh dengan kerendahan hati dan ketulusan Liu Bei, akhirnya Zhuge Liang pun bersedia membantu Liu Bei untuk mewujudkan cita-cita luhur untuk membangun kembali dinasti Han di ambang keruntuhannya. 

Zhuge Liang memiliki kemampuan dalam meramal cuaca, astronomi, mengetahui kondisi medan tempur, serta memprediksi arah gerakan musuh secara presisi, ahli bernegosiasi, ahli berpolitik, ahli pemerintahan, serta ahli dalam membuat jebakan. Di zaman itu, semua orang menjuluki Zhuge Liang sebagai seorang dewa dengan strategi perang yang tak terkalahkan. Hal ini membuat Liu Bei dapat membangun sebuah kerajaan bernama Shu Han dan menahbiskan diri sebagai raja.

Dalam berbagai pertempuran melawan Cao Cao, dengan jumlah pasukan lebih sedikit, Zhuge Liang berhasil memenangkan seluruh pertempuran, salah satu yang terkenal adalah peristiwa pertempuran tebing merah (red cliff) yang dijadikan film. 

Di akhir cerita, ketika Liu Bei wafat dan digantikan oleh putranya Liu Shan yang kurang kompeten, membuat Zhuge Liang berperan ganda sebagai pemimpin ekspedisi dalam pertempuran, sekaligus berfungsi sebagai perdana menteri yang mengatur pemerintahan dari jarak yang sangat jauh, hingga membuat Zhuge Liang wafat karena kelelahan dalam berperang. Namun, Zhuge Liang mendapat gelar kehormatan sebagai The Greatest Mind Under Heaven oleh seorang jendral perang kerajaan Wei bernama Sima Yi.

Setelah kematian Zhuge Liang, kerajaan Shu Han pun mengalami kemunduran hingga akhirnya kaisar Liu Shan menyerahkan diri kepada kerajaan Wei yang menandakan keruntuhan kerajaan Shu Han.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment