Article Detail

Mengatasi Gaya Hidup Konsumtif Melalui Filsafat Stoa

Modernisme membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat banyak aspek dari keseharian manusia turut berubah secara perlahan maupun cepat. Persebaran informasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia yang kehadirannya menjadi prioritas dalam kegiatan perorangan maupun kelompok. Bahkan semua bidang terkait dengan persebaran informasi seperti ekonomi, politik, kesehatan, dan pendidikan. Bidang yang paling berpengaruh bagi masyarakat sendiri adalah bidang ekonomi, karena seperti yang kita ketahui justru bidang ekonomi lah yang dapat menjalankan maupun mengontrol bidang-bidang lainnya.

Salah satu pengaruh dari persebaran informasi dalam bidang ekonomi adalah terciptanya gaya hidup konsumtif di kalangan masyarakat baik dari kalangam bawah hingga atas. Gaya hidup konsumtif ini tercipta dikarenakan adanya sebaran informasi terkait pasar yang menggugah minat konsumen dan bahkan turut memunculkan pop kultur yang membuat kelas-kelas masyarakat menjadi berjarak akibat gengsi. Gaya hidup konsumtif yang berlebihan bisa membawa musibah bagi mereka yang sudah tidak bisa mengendalikan nafsunya. 

Dalam beberapa kasus, orang-orang yang sudah terjerumus pada gaya hidup konsumtif akan mengorbankan pendapatannya untuk membeli barang yang mereka inginkan meskipun barang tersebut tidak memiliki nilai manfaat bagi mereka. Konsumen bahkan rela berhutang demi barang tersebut. Apabila kebiasaan ini menjadi hal yang tidak terkontrol, maka disitulah letak musibah. Orang-orang yang mengalami krisis ekonomi akibat kebiasaan konsumtif tersebut bisa berakhir dalam kondisi keuangan yang lebih buruk daripada sebelumnya.

Dalam mengatasi kebiasaan konsumtif tersebut, terdapat banyak cara yang bisa dilakukan mulai dari preventif hingga represif. Salah satu cara preventif yang bisa dilakukan dalam upaya menangani gaya hidup konsumtif ialah menerapkan gaya hidup stoik. Gaya hidup stoik sendiri merupakan penerapan dari madzhab filsafat Stoa. 

Filsafat Stoa merupakan pola pikir yang mengedepankan hal yang benar-benar bisa kita kontrol atau kendalikan bersamaan dengan hal yang sekiranya cukup untuk menunjang kehidupan. Pola pikir ini hampir tersebar di seluruh kultur kebudayaan dengan nama yang berbeda-beda. Dalam kultur suku jawa, gaya hidup stoik ini mirip dengan konsep hidup ‘neriman’, sementara di kultur Islami sendiri konsep yang serupa disebut dengan ‘zuhud’.

Sebagai contoh besarnya dalam penerapan gaya hidup stoik ini ialah berperang melawan hawa nafsu diri sendiri. Disini fokus perlawanan hawa nafsu ditujukan kepada gaya hidup konsumtif seperti tidak membeli barang-barang yang tidak diperlukan dan memanfaatkan barang yang sudah kita miliki semaksimal mungkin. 

Praktik terhadap stoikisme juga tak terbatas sebagai upaya mencegah timbulnya gaya hidup konsumtif tetapi juga hanpir dalam segala aspek kehidupan manusia mulai dari perkara sosial, perut, bahkan takdir Tuhan YME. Dengan melatih pola pikir seperti ini, kita akan mendapatkan ketenangan dari segala arah. Kita tidak lagi takut terhadap perubahan kultur yang cepat, gengsi, maupun ketertinggalan hegemoni budaya. Dengan poin-poin sebelumnya yang telah kita kuasai, niscaya besar kemungkinannya kebiasaan konsumtif yang berlebihan bisa kita hindari.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment