Article Detail

Pawang Dalam Budaya Nusantara

Sejak perhelatan motogp Mandalika Minggu 20 Maret 2022 yang lalu. Jagat dunia maya digemparkan dengan aksi seorang pawang hujan yang berusaha meredakan hujan deras yang mengguyur sirkuit Mandalika. Alhasil aksi tersebut menuai pro dan kontra dalam kalangan masyarakat. Bagi yang kontra  mereka  menganggap bahwa perbuatan itu termasuk syirik, menyimpang dari ajaran islam. Sedangkan bagi yang pro mereka menganggap bahwa itu merupakan bagian dari budaya bangsa. Lalu apakah pawang itu? Apakah ia termasuk bagian dari budaya? Bagaimana kita menyikapinya?

Menurut KBBI pawang adalah orang yang mempunyai keahlian istimewa yang berkaitan dengan ilmu gaib, seperti dukun, mualim perahu, pemburu buaya, penjinak ular. Masyarakat indonesia sendiri tidak asing lagi dengan yang namanya pawang hujan. Setiap ada acara yang membutuhkan banyak waktu dan membutuhkan cuaca panas seperti hajatan pernikahan, pawang hujan akan menjadi sewaan. Pawang hujan menggunakan cara khusus seperti membaca mantra untuk memanggil makhluk gaib yang ia manfaatkan untuk mencegah terjadinya hujan ataupun meredakan hujan.

Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara adalah hasil perjuangan manusia terhadap pengaruh kuat, yakni zaman dan alam. Disebut dengan perjuangan karena dengan budaya  masyarakat bisa bertahan dalam menjalani kehidupan di dunia. Ada tujuh unsur kebudayaan universal. Ketujuh unsur itu meliputi sistem bahasa, pengetahuan, organisasi kemayarakatan, teknologi, ekonomi, religi dan kesenian. Sedangkan wujud kebudayaan itu sendiri berupa gagasan (ide pokok), aktivitas (tindakan) dan hasil budaya(karya).

Sejak zaman praaksara nenek moyang bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai budaya dan tradisi yang masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Seperti nilai kepercayaan, nilai gotong royong, nilai musyawarah, nilai keadilan, tradisi bercocok tanam dan tradisi bahari.  Nilai-nilai itu dapat kita ambil sebagai pelajaran dan suri tauladan. Pawang hujan merupakan bagian budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi, dari zaman praaksara sampai zaman modern. Ia merupakan bagian dari nilai kepercayaan.

Mereka memiliki kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib. Mereka mempercayai bahwa pohon yang rimbun, hutan lebat, gua yang gelap, pantai, laut merupakan tempat keramat yang dihuni roh halus atau makhluk gaib. Mereka juga meyakini bahwa peristiwa alam seperti hujan, petir, banjir dan sebagainya adalah akibat perbuatan roh halus atau makhluk gaib. Selain itu mereka juga percaya bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan sehingga benda tersebut harus dikeramatkan.

Mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam. Namun dalam kesehariannya terkadang banyak yang masih melakukan ritual-ritual atau tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran syariat Islam.

Hal ini tidak lepas dari perkembangan masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu. Yakni sejak zaman praksara, Hindu-Budha sampai Islam. Kepercayaan animisme dan dinamisme pada masyarakat Indonesia yang telah ada sejak zaman praaksara tidak hilang meskipun masuk kebudayaan Hindu-Budha. Bahkan kebudayaan Hindu-Budha melakukan penyesuaian dengan budaya lokal agar bisa diterima oleh masyarakat masa itu.

Begitupun dengan hadirnya Islam di Nusantara. Kebudayaan yang telah melekat sulit dihilangkan sehingga dalam proses penyebaran agama Islam dilakukan pendekatan-pendekatan budaya. Tentu kita mengenal bagaimana sunan kalijaga berdakwah dengan pendekatan budaya. 


Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment