Article Detail

Perlukah Menjadi Seorang Aktivis di Kampus?

Pasti banyak yang menjadikan alasan di atas sebagai alasan mengapa kamu menjadi aktivis. Di kenal banyak orang dan terlihat keren,sepertinya alasan itu patut untuk mereka yang sedang mencari popularitas di kampus. Hah, miris sekali jika tujuannya untuk itu.

Ada juga yang ingin menjadi aktivis supaya memilik banyak jejaring untuk mempermudah langkahnya setelah kehidupan pasca kampus, misalkan supaya mudah mendapatkan pekerjaan karena memiliki banyak relasi. Apakah boleh begitu? Ya boleh-boleh saja. Ketika kamu menjadikan itu sebagai tujuanmu, maka hal tersebut yang mungkin hanya itu yang akan kamu dapatkan di kehidupan pasca kampus.

Berbeda dengan mereka yang menjadi aktivis kampus dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas diri dan menginginkan kebaikan dengan tetap berada di jalan Allah. Menjadi aktivis untuk memberikan suara teman-teman mahasiswa yang lain, tidak untuk kepentingan pribadi. Mulia sekali yang demikian, tetapi sedikit sekali yang seperti ini.

Lalu, haruskah kita sebagai mahasiswa turut andil menjadi seorang aktivis yang mau turun ke jalan? Mengikuti update berita yang ada dikampus? Mengikuti setiap kegiatan yang ada?

Saya pikir tidak. Kita tidak harus menjadi aktivis kampus. Memang baik menjadi seorang aktivis, tetapi kalaupun tidak menjadi aktivis pun tak mengapa. Masih ada jalur lain yang bisa kita lalui. Kita bisa tetap berperan menjadi mahasiswa yang produktif walaupun tak mengikuti orgaisasi apapun. Kita masih bisa berteman dengan siapapun walaupun tak menjadi seorang aktivis. Kita masih bisa menjadi manusia yang bermanfaat walaupun tidak dengan jalan menjadi seorang aktivis.

Membaca dan menulis. Mari kita bergerak di jalur tersebut. Banyak kesempatan, banyak peluang. Namun, jika kita tak mau menghadapi jalan tersebut, bagaimana nasib pendidikan di masa yang akan datang. Urusan mengkritik pemerintahan dengan turun ke jalan, biarlah para aktivis itu. Untuk kita yang enggan mengikuti demikian, mari kita suarakan dengan tulisan. Mari kita isi hari-hari kita dengan mambaca supaya taka da ruang kosong untuk berdiam.

Mengapa membaca dan menulis?

Menjadi mehasiswa berarti kita harus siap menjadi seorang intelektual. Seorang intelektual harus dekat dengan membaca, supaya luas wawasannya. Indonesia butuh pemuda yang tajam analisisnya, luas pemikirannya. Dan menulis, butuh wawasan yang luas.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment