Article Detail

KONTINGEN PEKAN KEKERABATAN KE 11 SMA SANTO CAROLUS SURABAYA

PK XI Membuatku Percaya Diri dan Tangguh

Berawal dari ragu menjadi yakin, inilah kisahku selama mengikuti Pekan Kekerabatan XI tahun 2018, Surabaya dipilih menjadi tuan rumah PK XI yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juni-4 Juli 2018. Persiapan Panjang dan latihan keras menjadikan kami  siap terjun dalam  PK XI dengan semboyan “SUROBOYO WANI” menjadi motto kontingen Surabaya.

Lokasi camp berada di Mako Lama TNI AU Sidoarjo. Baru saja datang ke lokasi, sudah didatangi peserta dari Palembang. Ini menjadi awal kami untuk saling mengenal peserta satu dengan yang lainnya. Berkenalan, berfoto, dan saling tukar no WA membuat kami semakin dekat satu sama lain seperti keluarga.

Rangkaian kegiatan diawali dengan membangun tenda, upacara pembukaan, dan wisata kuliner setiap daerah. Kami memilih Semanggi Suroboyo sebagai makanan khas Surabaya. Banyak yang ingin mencoba hingga habis meninggalkan bumbu yang masih banyak. Selanjutnya, setiap peserta mendapatkan scarf yang berbeda, ada biru, merah, hijau, dan kuning. Saya memilih scarf warna biru. Fungsinya adalah membagi peserta berdasarkan jadwal kegiatan tiap warna. Malamnya semua mengikuti misa pembukaan PK XI.

Sebelum memulai kegiatan setiap pagi selalu diawali dengan misa bersama untuk memohon perlindungan Tuhan selama menjalani kegiatan, dan dilanjutkan sarapan. Kegiatan dilaksanakan para peserta sesuai scarfnya masing-masing. Untuk scarf biru, di hari pertama mengikuti Camp Life. Rangkaian kegiatan Camp Life yaitu Kesakaan, workshop, permainan tradisional, memasak, bangun gapura kampung, kewirausahaan, dan seni budaya menari. Malam harinya, diadakan kesenian daerah tiap kontingen yang dibagi menjadi 3 hari. Hari kedua, kami menjalani Giat 1 yang bernama SHE (Surabaya Heritage Explore), kegiatan mengelilingi dan mencari ilmu tentang tempat-tempat di Surabaya. Ambalan saya, St. Monica, didropkan di SMP St. Agnes. Tiga tempat yang kami kunjungi adalah Masjid Muhammad Cheng  Ho, Taman Buah Undaan, dan Museum Surabaya (Siola). Dan terakhir harus sampai di SMA St. Louis 2 sebelum pukul 2 siang. Setiap peserta dibekali uang Rp 15.000,00 dan boleh menaiki angkutan umum selama perjalanan. Ambalan saya lebih memilih jalan kaki, karena selain untuk menghemat ongkos juga lebih menikmati suasana kota pahlawan. Kami mencari berbagai informasi tentang tempat-tempat yang dikujungi. Selesai menjalankan misi, tiap ambalan  menyusun laporan. Kami membagi tugas untuk pengerjaannya berdasarkan tempat-tempatnya. Tempat yang paling mengesankan adalah di Museum Surabaya. Karena di dalamnya terdapat kesenian daerah, penghargaan, foto-foto walikota Surabaya, perkakas, permainan tradisional, dan lain-lain. Di sana juga ada board lukisan kreasi arek-arek Suroboyo zaman sekarang tentang keluhan dan seni grafity tentang Surabaya. Di situ ekspresi arek-arek Suroboyo dikeluarkan dalam bentuk seni dan juga bisa menambah banyak ilmu. Dan di malam ke tiga, kontingen Surabaya maju menampilkan kesenian khas daerah. Kami menampilkan tari Jaranan disambung dengan flashmob Merah Putih, lagu dari rapper Saykoji. Lagu ini bercerita tentang perkasanya bendera Merah Putih yang menyatukan seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke tanpa membedakan asal usul, agama, dan golongan. Terbuktinya dengan diadakan PK XI yang menyatukan berbagai kontingen dari tiap daerah di Indonesia.

Masuk hari ke 3, kami mengikuti Giat 2 yaitu uji kompetensi yang terdiri dari dayung, damkar, dan water resque. Saya memilih damkar, karena menurut saya damkar merupakan pembelajaran yang biasanya ada di kehidupan sehari-hari. Materi yang diajarkan adalah cara memdamkan api dan repling. Tidak hanya teori, namun kami juga diajarkan prakteknya secara bergantian. Ini juga menambah pengalaman yang bermanfaat untuk menolong orang yang menjadi korban kebakaran. Hari ke 4, kami mengikuti Giat 3 yaitu bakti lingkungan. Lokasi yang kami tuju yaitu Sentra Ikan Bulak, Kenjeran, di mana tempat itu juga diadakan Festival Wirakarya Kampung Kelir 2018. Kami dibagi menjadi 3 kelompok.  Kelompok 1 dan 3 ditugaskan memungut sampah di sekitar bibir pantai, sedangkan kelompok 2 ditugaskan mengecat pagar dekat pantai. Di sana, juga menjual souvenir atribut pramuka dan makanan kecil. Saya dan teman-teman berinisiatif memberi souvenir Festival Kampung Kelir untuk sekolah. Di malam terakhir, tiap kampung harus menampilkan pensi khas kampungnya. Saya berada di Kampung Maspatih. Kampung Maspatih menyanyikan lagu tentang sahabat disambung dengan puisi. Itu merupakan moment malam terakhir yang menyatukan semua peserta dan akan menjadi kenangan. Di akhir acara, semua peserta menarikan Tari Remo secara massal. Saya bersyukur sekali mendapatkan teman baru yang berbeda daerah yang mau berbaur dengan semuanya.

Hari terakhir setelah upacara penutupan, para peserta membongkar tenda dan ada yang berfoto dengan teman-teman yang berbeda daerah sambil menukar bet tiap daerah. Moment yang paling tak terlupakan selama liburanku adalah dengan mengikuti PK XI ini. Banyak pengalaman yang didapatkan, baik yang pernah maupun belum pernah. Dengan adanya acara ini, kita dapat mengenal lebih luas tentang perbedaan masyarakat dan dapat mempererat tali persaudaraan antar daerah di Indonesia. (By: Angeline Margaretha Lin XI IPA1)
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment