Article Detail

HARI RAYA NYEPI MEREFLEKSI DIRI

SELAMAT HARI RAYA NYEPI
Tahun Baru Saka 1940
 
“ Temukan Tuhan dalam diam karena IA adalah teman dari kesunyian. Lihatlah bagaimana bunga dan pohon tumbuh dalam diam, matahari dan bulan bergerak dalam kesunyian… kita harus belajar diam dan tenang untuk dapat menemukanNya di kedalaman hati kita” (BUNDA TERESA)
 
Surabaya – Nilai kebhinekaan menyatukan keragaman agama antar seluruh keluarga besar SMA Santo Carolus Surabaya. Sikap saling menghormati, menghargai dan menjaga tradisi setiap agama menjadi cerminan kekuatan semangat kebangsaan yang juga diteladankan Bunda Elisabeth Gruyters sebagai Bunda Pendiri Kongregasi CB yang menjiwai Yayasan Tarakanita.
Menurut Sanbudinatha, (sanbudinatha.wordpress.com)
Perayaan Nyepi merupakan warisan yang mengandung nilai-nilai luhur, tercermin dari Catur Brata penyepian yang senantiasa menjadi pedoman/penuntun bagi umat Hindu dalam melaksanakan prosesi Nyepi. Catur brata penyepian meliputi 4 hal, yaitu 1) Tidak menyalakan api, 2) Tidak melakukan karya, 3) Tidak ke luar rumah, 4) Tidak bersenang-senang/berfoya-foya. Pada saat Nyepi, keadaan menjadi sepi, sunyi, hening. Dalam hal semantic, hal ini memiliki kesesuaian dengan Nyepi itu sendiri yang berarti sepi. Nyepi berarti sepi, sunyi, hening, menyepi, membuat jadi sepi, hening. Lalu apakah yang dibuat menjadi sepi atau hening tersebut? Pada saat Nyepi, makrokosmos (alam) dan mikrokosmos (person) dibuat menjadi sepi. Di sini terlihat adanya kesinambungan antara alam dan diri kita masing-masing. Dengan keheningan tersebut kita sebagai pribadi terbantu untuk melakukan introspeksi (pensucian diri). Begitupun dengan alam yang akan terbantu dengan adanya kesempatan untuk melakukan pemulihan atas segala beban yang harus disangga selama setahun penuh akibat aktivitas manusia. Ini adalah bentuk nyata kepedulian umat Hindu terhadap lingkungan. Jika sekarang dunia sedang konsen untuk mengatasi permasalahan lingkungan, maka sejak dulu leluhur kita telah menerapkan nilai-nilai penting dalam pelestarian lingkungan. “We must proud of that” .
Nilai hidup yang bisa kita ambil dalam kehidupan sehari-hari adalah memurnikan diri dalam sepi, sebab saat hening sepi tanpa kegaduhan kita menemukan suara yang mengiang-ngiang yaitu suara hati yang berasal dari Allah sendiri. Sebagai siswa, sebagai guru, sebagai karyawan, sebagai orang tua, sebagai anak, sebagai sahabat, mari kita membiarkan diri kita untuk mengalami pengendapan sejenak dalam sepi untuk menjadi pribadi baru, pribadi yang bermutu.(MIU)
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment