Article Detail

Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

Dalam kurikulum merdeka dikenal istilah Capaian pembelajaran atau CP. Capaian Pembelajaran merupakan kompetensi dan karakter yang ingin dicapai peserta didik setelah menyelesaikan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Capaian Pembelajaran dalam setara dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ada pada kurikulum 2013.

Tahapan perkembangan peserta didik menurut usianya menjadi pertimbangan utama dalam menentukan dan menyusun Capaian Pembelajaran. Capaian Pembelajaran dirancang berdasarkan fase. Satu fase memiliki rentang waktu satu sampai tiga tahun. Terdapat 6 fase dalam pembagian Capaian Pembelajaran. Pada jenjang SD terdiri atas 3 fase yaitu fase A untuk kelas I dan II. Fase B untuk kelas III dan IV. Dan Fase C untuk kelas V dan VI. Pada jenjang SMP peserta didik akan berada pada fase D. pada jenjang SMA terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase E untuk kelas X dan Fase F untuk kelas XI dan XII. Sementara pada jenjang PAUD adalah fase pondasi untuk mempersiapkan peserta didik memasuki fase A.

Capaian Pembelajaran setiap fase memuat kompetensi peserta didik yang ingin dicapai di akhir fase. Misalnya capaian pembelajaran pada jenjang SD. Fase A akan berakhir pada kelas 2 SD, fase B akan berakhir pada kelas 4 SD, dan fase C berakhir pada kelas 6 SD. Dengan demikian peserta didik memiliki waktu dua tahun untuk menguasai kompetensi yang ada dalam capaian pembelajaran di setiap fasenya.

Kompetensi inti dan Konten esensial adalah dua hal utama yang ada pada Capaian Pembelajaran. Hal ini didasarkan pada pertimbangan agar konten isi tidak terlalu rinci. Karena  ketika kurikulum memuat konten isi yang terlalu rinci, proses pembelajaran berpotensi menjadi terlalu padat. Akibatnya pelajaran disampaikan secara terburu-buru untuk menyelesaikan konten isi yang terperinci tersebut. Jadinya guru cenderung berfokus pada ketersampaian konten isi dibanding pencapaian kompetensi peserta didik.

Karena alasan keterbatasan waktu yang tersedia, proses belajar menjadi seragam dan kurang memperhatikan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Pembelajaran pun menjadi tidak mendalam dan terkesan mengejar penuntasan konten.

Dengan mengacu pada kompetensi inti dan konten esensial, guru memiliki ruang untuk mengembangkan kompetensi setiap peserta didik, walaupun kompetensi awal mereka berbeda-beda. Pembelajaran pun bisa menjadi tidak seragam, karena berfokus pada pengembangan kompetensi, bukan penuntasan konten. Seberapa dalam konten isi yang akan disampaikan, dapat disesuaikan dengan kompetensi awal peserta didik.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment